Kisah ini menceritakan seorang Samaria yang menolong dan membantu seorang Yahudi yang menjadi korban perampokan dan penganiayaan perampok dalam perjalanan dari Jerusalem ke Jericho. Pada suatu hari, begitulah awal ceritanya, ada seorang saudagar Yahudi turun dari Jerusalem ke Jericho. Dikatakan "turun" karena Jerusalem adalah sebuah kota yang terletak di atas bukit, sedang Jericho di lembah. Sekadar gambaran, Jerusalem berdiri di wilayah perbukitan di ketinggian sekitar 1.500 meter diatas permukaan laut. Sebaliknya Jericho dan alur Sungai Yordan yang terendah berada 1.000 meter di bawah permukaan laut. Karena itu Jericho dan alur Sungai Yordan merupakan daerah paling rendah di dunia.Demikian pula apa yang dilakukan yang dilakukan saudagar itu, ia suatu hari turun ke Jericho setelah menyelesaikan segalu urusan bisnisnya di Ibukota kerajaan Jerussalem. Berjalan dari Jerusalem ke Jericho, ketika itu tidak hanya turun, melainkan juga berkelok-kelok mengikuti lereng bukit yang berbatu dan terjal. Di tengah perjalanan, saudagar itu dihadang penyamun, seluruh barang dan benda bawaannya dirampok. Ia tidak hanya dirampok, akan tetapi juga dipukuli hingga terluka. Saudagar itu tergeletak tak berdaya di pinggir jalan dengan luka disekujur tubuhnya. Kuda yang ia tunggangi dari Jerusalem pun juga dirampas oleh penyamun. Ketika hari menjelang petang, lewatlah seorang imam Yahudi di jalan yang sama. Imam itu lewat begitu saja tanpa sedikitpun menoleh kepada saudagar Yahudi yang mengerang kesakitan dan tergeletak di pinggir jalan. Tak berapa lama kemudian lewatlah seorang Lewi, salah satu dari duabelas suku Israel. Ia pun sama dengan Imam Yahudi yang lebih dahulu melintas di jalan itu; tak terbuka hatinya akan belas kasihan.
Baru kemudian lewatlah seorang Samaria, orang daerah utara dari wilayah kerajaan Israel Utara yang secara tradisi tidak bisa rukun dengan orang-orang selatan, bangsa Yahudi. Tetapi sungguh diluar dugaan, orang Samaria itu dengan sukarela dan tulus ikhlas membantu saudagar Yahudi tersebut yang disiksa dan dirampok. (Trias Kuncahyono dalam bukunya Jerusalem : Kesucian, konflik dan pengadilan akhir, 2010)
Kisah tersebut di atas memberikan gambaran jelas tentang bagaimana seharusnya manusia itu memandang manusia lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan berarti memandang melampaui berbagai macam pembatasan, seperti perbedaan suku, ras, dan agama. Sensitivitas terhadap terhadap penderitaan manusia pun harus melampaui semua itu. Semua manusia sebagai manusia sama derajadnya, sama nilainya dihadapan Sang Pencipta.
Baru kemudian lewatlah seorang Samaria, orang daerah utara dari wilayah kerajaan Israel Utara yang secara tradisi tidak bisa rukun dengan orang-orang selatan, bangsa Yahudi. Tetapi sungguh diluar dugaan, orang Samaria itu dengan sukarela dan tulus ikhlas membantu saudagar Yahudi tersebut yang disiksa dan dirampok. (Trias Kuncahyono dalam bukunya Jerusalem : Kesucian, konflik dan pengadilan akhir, 2010)
Kisah tersebut di atas memberikan gambaran jelas tentang bagaimana seharusnya manusia itu memandang manusia lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan berarti memandang melampaui berbagai macam pembatasan, seperti perbedaan suku, ras, dan agama. Sensitivitas terhadap terhadap penderitaan manusia pun harus melampaui semua itu. Semua manusia sebagai manusia sama derajadnya, sama nilainya dihadapan Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar